FETA Scholarship 101

images (5).jpeg
Do the best and Alloh takes the rest.

Jadi salah satu penerima beasiswa pascasarjana luar negeri belum jadi cita-citaku sepuluh tahun lalu. Setelah melewati tingkat 2 yang penuh perjuangan menghindari ancaman DO (semester 3 dapet IP 2,49), tingkat 3 cuma mikir gimana caranya lulus dari kampus Ali Wardhana. Sempet bermimpi penempatan di Malang, Alloh memberi pelajaran dengan penempatan di pulau seberang. Setelah dua setengah tahun bertugas di Sulawesi Barat, bersyukur bisa lanjut kuliah lagi ke Bintaro. Dan dalam kurun dua tahun berjuang mengejar gelar sarjana itu, cita-cita buat bisa belajar di luar negeri mulai muncul dan berkembang. Gongnya, pas dapet dosbing skripsi yang bisa aku jadiin panutan, he showed me that we can get anything we want if we really do something about it. Matur suksma, Pak Kadek.

Long story short, 2018 adalah tahun pertama aku bisa mulai daftar beasiswa karena aku harus nunggu dua tahun setelah lulus tugas belajar sebelumnya. Tahun itu aku nyoba buat daftar Australia Awards Scholarships (AAS), setelah dibujuk Bubu dengan kalimat, “kan nggak ada salahnya nyoba daftar”. Turns out, I failed in the first step but I didn’t feel sad at all. Somehow, that failure made me know what should I do in this year. Tahun lalu aku belum bisa daftar beasiswa Financial Education and Training Agency (FETA) karena belum memenuhi salah satu syarat. Dan di 2019 ini aku sengaja nggak daftar AAS karena memang mau nyoba daftar FETA. FETA ini beasiswa yang khusus dikasih buat pegawai Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

FETA sendiri selalu berkembang dari tahun ke tahun. Ada beberapa perubahan yang dilakukan agar proses seleksinya semakin baik. Perubahan paling utama dari FETA 2018 dan 2019 adalah proses penentuan penerima beasiswa. Di 2018, penerima beasiswa luar negeri (1 atau 2 tahun) dan linkage (pertautan, 1 tahun dalam negeri dan 1 tahun luar negeri) ditentukan berdasarkan nilai IELTS atau TOEFL iBT setelah pre-departure training selesai. Di 2019, peserta seleksi bisa menentukan dari awal program mana yang diinginkan. Dan di tahun ini program yang ditawarkan FETA adalah S2 luar negeri, S2 linkage, S2 dalam negeri, dan -pertama kalinya di beasiswa FETA- S3 luar negeri. Dengan proses seleksi seperti ini, pas pre-dep kita nggak ngerasain adanya aroma kompetisi, yang kental adalah kolaborasi.

Anyway, seperti tahun sebelumnya, tahapan seleksi masih sama. Tahap awal dibagi tiga jalur berdasarkan preferensi peserta seleksi. Pertama, setor sertifikat TPA Bappenas dan IELTS atau TOEFL iBT. Kedua, TPA Bappenas plus TOEFL ITP. Terakhir, ikut ujian yang diselenggarakan Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM). Aku sendiri akhirnya memutuskan ikut jalur dua, karena di tanggal ujian untuk jalur tiga, aku ada tugas yang nggak bisa ditinggal.

Setelah daftar, aku nggak terlalu mikirin gimana hasilnya, bahkan ngerasa nggak terlalu percaya diri karena nilai yang aku setorin nggak istimewa. Bahkan aku sempet mbandingin sama nilai beberapa temen yang ikut seleksi tahun lalu, dan bisa dibilang nilaiku kemaren kayak MU beberapa tahun belakangan, medioker. Beberapa temen yang udah punya sertifikat TPA pun memutuskan pindah ke jalur tiga karena pengen ngejar nilai yang lebih tinggi di ujian yang dibuat oleh PPSDM.

Pengumuman tahap satu tiba, hampir jam sembilan malam, deg-degan. Nggak ada ekspektasi, tapi Bubu menguatkan kepercayaan diri. AlhamduliLlaah, namaku ada di antara tujuh puluh lima orang yang lulus di seleksi tahap satu dan berhak lanjut ke tahap dua yaitu psikotes dan wawancara.

Dari kelulusan itu, beberapa hal yang mungkin aku bisa bagikan adalah:

  1. Persiapkan diri buat tes TPA Bappenas secepat mungkin. Kita bisa ambil tes lebih dari sekali dan kita bisa pilih nilai tertinggi buat didaftarin, kalo mau daftar lewat jalur satu atau dua. Kita juga butuh sertifikat ujian Bahasa Inggris, tapi aku nggak nyaranin buat ambil IELTS atau TOEFL iBT berkali-kali. Mahal. Hehehe. Kalo mau nyoba beberapa kali, ambil TOEFL ITP aja. Biaya buat tes TPA dan ITP masing-masing sekitar 500 ribu, kalo tes IELTS atau TOEFL iBT sekitar 3 juta.
  2. Buat temen-temen yang mau ngetes jalur tiga juga nggakpapa, karena kalian akan punya lebihan waktu sebulan buat belajar dibanding temen-temen di jalur lain. Dan jalur tiga ini jalur yang paling ekonomis. Gratis tis.
  3. Berdoa dan berbuat baik. Karena kita nggak pernah tahu, yang kita dapet sekarang ini mungkin hasil dari doa orang lain yang dikabulkan Alloh. Aku sendiri selain minta restu orang tua dan keluarga, aku sering titip minta doain ke kenalanku yang lagi ibadah ke tanah suci.
  4. Pasrah. Do the best and Alloh takes the rest. Percayai dengan penuh kalimat “rejeki nggak akan ketuker”. Kalo belum dapet, ya emang belum waktunya aja. Usaha lagi, doa lagi. Alloh bakal ngasih di waktu yang tepat, nggak kecepetan dan nggak bakal kelewat.

Featured image dipinjam dari sini.

2 thoughts on “FETA Scholarship 101

Leave a reply to Ara Cancel reply